Jika anda warga Jember atau pernah tinggal di Jember atau pernah ke Jember, pernahkah anda mendengar nama apotek bima? Ya apotek yang sudah berdiri sejak lama di Jember itu adalah salah satu sejarah yang ada di Jember yang masih eksis sampai sekarang. Selain ada apotek bima, ada juga hotel Bima, namun sayang kiprahnya tidak bisa sepanjang umur apotek bima. Hotel Bima yang dulu bertempat di tengah kota Jember ini kini berubah menjadi sebuah toko besar bernama Nico Busana. Sejujurnya saya sudah tidak ingat lagi kapan pastinya perubahan hotel bima itu menjadi Nico Busana. Yang pasti saat saya masih SD, Hotel Bima masih ada. Berikut penampakan Nico Busana yang dulu Hotel Bima, secara fisik (dari luar) tidak ada yang berbeda
SAYA MEMANG TIDAK DAPAT MENGHENTIKAN HUJAN, TAPI HUJAN TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MENGHENTIKAN SEMANGAT SAYA!!!
Sabtu, 14 Maret 2015
Jumat, 13 Maret 2015
Bentoel Galatama Jember
Jember,...
Tahukah anda letak kota Jember?
Ya, sebuah kota di Jawa Timur. Jika anda pernah mengenal JFC (Jember Fashion Canaval) maka itulah salah satu ikon kota kami,....Maka, saya anjurkan anda untuk berkunjung ke kota kami,..kota sejuta misteri....
Yap, saya menyebutnya sejuta misteri karena saya sendiri masih belum paham benar akan sejarah salah satu kota terbesar di Jawa Timur ini. Meskipun saya sendiri adalah orang Jember,..ironis memang...namun bukan berarti hal yang tabu untuk saya sampaikan, karena saya saat ini masih berusaha mengenal Jember dengan cara saya sendiri.. :)
Salah satu sejarah yang mungkin banyak yang lupa atau masih belum tahu mengenai Jember adalah tentang sepakbolanya,... Jika saat ini anda mencari di search engine tentang klub sepak bola di Jember, mungkin yang sering anda jumpai adalah Persid Jember ataupun Jember United. Ya Persid Jember adalah klub sepak bola Jember yang sudah lama melintang di pentas persepakbolaan nasional, meski belum pernah mencicipi kasta teratas kompetisi nasional, sedangkan Jember United adalah klub yang tergolong masih baru, namun prestasinya tidak kalah dengan seniornya Persid Jember...Bahkan baru-baru ini Jember United Jr menjadi kampiun di kejuaraan usia dini, Piala Suratin 2014 setelah mengalahkan Persis Jr di babak final.
Bahkan pemain-pemain yang kini berkiprah di pentas nasional juga ada yang berasal dari Jember, sebut saja Andik Vermansyah, Bayu Gatra. Namun bagaimana dengan sepakbola Jember di masa lalu...
Setelah saya menelusuri beberapa blog yang ada, saya berhasil menghimpun beberapa data bahwa ternyata dahulu Jember punya klub semiprofesional yang bernama Bentoel Galatama. Dari namanya saja mungkin kita bisa mengira bahwa klub ini disponsori oleh salah satu produsen rokok yang terkenal "pada waktu itu". Meski cuma satu musim mengarungi pentas kompetisi Galatama, sebuah kompetisi semiprofesional-profesional yang pernah ada di Indonesia, namun Bentoel Galatama pernah "menyumbangkan" pemainnya ke tim Kramayudha Tiga Berlian (KTB) yang saat itu favorit juara dan sedang berkiprah di pentas internasional dalam even Piala Winners Asia 1991. Pemain itu adalah Gunung Ginting, pada saat itu bukan hanya saja Ginting yang dipinjam KTB, ada beberapa nama seperti Yusuf Ekodono (Persebaya) dan Fachri Husaini (Petrokimia Putra Gresik).
Tak banyak info yang bisa saya dapatkan mengenai siapa saja yang bermain untuk Bentoel Galatama pada saat itu...dan satu lagi yang baru yang bisa saya dapatkan adalah posisi Bentoel Galatama pada saat itu berada di posisi 14 dari 20 tim peserta. Yah meskipun tidak begitu bagus namun itu adalah sebuah sejarah yang tidak bisa kita lupakan begitu saja.
Mugkin itu yang bisa saya bagi disini maaf kalau ada data yang tidak valid, mohon koreksinya ya..
sumber: online
Menghidupkan Sang Letkol ( Moch. Sroedji )
Bagi
masyarakat Jember sudah sepatutnya tahu bahwa Letkol Moch. Sroedji adalah
seorang pahlawan yang patut diteladani. Beliau merupakan sosok yang luar biasa,
luar biasa peduli, luar biasa semangatnya, luar biasa kegigihannya. Sebuah
usulan agar Letkol Moch. Sroedji menjadi pahlawan nasional adalah sebuah hal
yang patut diperjuangkan. Ini dikarenakan perjuangan beliau benar-benar luar
biasa, khususnya pada saat berjuang mempertahankan kemerdekaan pada tahun
1948-1949. Jika anda belum mengenal atau belum tahu bagaimana perjuangan
beliau, saya merekomendasikan sebuah buku berjudul Sang Patriot yang ditulis
oleh salah seorang cucu beliau. Dalam buku tersebut kita bisa merasakan sebuah
perjalanan hidup yang singkat dari seorang Moch. Sroedji. 66 tahun yang lalu beliau
gugur dalam usia yang tergolong muda (34 tahun) sebagai syuhada (insyaAllah),
sebagai komandan brigade pada pertempuran maut di desa Karangkedawung, Jember. Dimana
beliau juga sampai rela meninggalkan istri dan keluarganya demi masa depan
rakyat Indonesia.
Saya sebagai
putra daerah sejatinya tidak pernah mendengar kisah dan, tidak pernah tahu
seperti apa sosok serta kisah Moch. Sroedji sampai saya bergabung di Pramuka
Unej. Di sana saya bisa tahu dan sedikit merasakan apa yang telah beliau
lakukan dalam perjuangannya. Dalam napak tilas Letkol Moch. Sroedji (nalasud)
yang dilaksanakan Pramuka Unej, saya merasakan sebagian kecil dari perjalanan wingate action yang dilaksanakan beliau
bersama 5000 rombongannya. Menyusuri jalanan setapak melintasi sungai,
persawahan, hutan, jalan desa sejauh kurang lebih 150 km. Memang kami yang
hanya menapaki jarak 150 km dengan kondisi sekarang jelaslah berbeda 180
derajat. Jika kami lebih banyak berjalan di bawah sinar matahari, maka dulu
Sang Letkol beserta rombongannya lebih banyak berjalan di bawah sang rembulan
agar tidak ketahuan musuh. Jika kami mudah untuk mendapatkan logistik maka dulu
logistik Sang Letkol beserta rombongan sangat terbatas, hanya ketika melintasi
perkampungan penduduk mereka bisa berharap banyak, selebihnya mereka bertahan
di alam. Jika kami berjalan tanpa ada rasa kekhawatiran yang besar maka Sang
Letkol berjalan dengan penuh kekhawatiran, bagaimana jika mereka dihadang atau
bertemu musuh, bagaimana jika mereka tiba-tiba disergap musuh, bagaimana jika
keberadaan mereka diketahui musuh. Sungguh perjalanan yang berat, dengan
kondisi keadaan perang, beliau mampu pemimpin dan meramu strategi agar
rombongannya bisa bertahan dan sukses dalam misi wingate action. Sebagai seorang komandan, beliau turut ikut turun
dan berada di garis terdepan demi rakyatnya dan masa depan bangsa ini.
Dari cerita yang
pernah saya dengar dan dari buku Sang Patriot tergambar bahwa Letkol Moch
Sroedji benar-benar sosok yang bersahaja. Saya tidak tahu apakah hal ini adalah
satu-satunya di Indonesia atau sebuah hal yang jarang terjadi, bahwa makam
beliau tidak berada di Taman Makam Pahlawan melainkan berada di Tempat Pemakaman
Umum, ini adalah wasiat beliau yang ingin dimakamkan berdampingan dengan rakyat
Indonesia yang juga ikut berjuang dengan membela para tentara gerilya tanpa
pamrih. Sebagai seorang komandan, beliau sangat pantas untuk diteladani karena
dalam keseharian beliau mencerminkan seorang manusia yang sederhana, mudah
bercengkerama dengan orang-orang disekitarnya, tutur katanya mampu memotivasi
banyak orang, dan sebagai kepala keluarga beliau juga luar biasa, ketika dalam
perjuangan beliau tak pernah lupa dengan keluarganya meski terpisah jarak yang
jauh. Dan saya rasa pengajuan beliau sebagai pahlawan nasional sangat
beralasan. Bagaimana tidak, saat beliau melakukan perjalanan wingate, Belanda
menetapkan Moch. Sroedji sebagai buron dengan imbalan 1000 gulden. Itu
membuktikan bahwa posisi dan keberadaan beliau menjadi ancaman yang nyata bagi
Belanda serta beliau merupakan sosok yang berpengaruh dalam mempertahankan
kemerdekaan ini dalam medan pertempuran khususnya di daerah Jawa Timur.
Bagaimana tidak, setelah beliau gugur, jasad beliau diperlakukan dengan keji
dan tidak manusiawi oleh tentara Belanda, jasad dibuat nyaris hancur, beberapa
bagian tubuhnya ada yang dipotong, serta diseret truk sejauh 40 km hanya untuk
mematahkan semangat dari sisa pejuang yang ada.
Sebagai
masyarakat Jember saya merasa bangga memiliki sosok pahlawan yang begitu
patriot dalam perjalanan sejarah perjuangan beliau. Namun tidak hanya itu saja,
saya berharap generasi muda sekarang bisa tahu bagaimana sejarah ini terukir.
Karena melihat kondisi realita sekarang, banyak pemuda yang lupa akan sejarah,
tidak peduli, terkesan acuh padahal sejarah adalah salah satu hal yang pokok
yang tidak bisa dihilangkan dari syarat kemajuan dan perkembangan suatu bangsa.
Sejarah memiliki banyak pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya sehingga dalam
menyongsong masa depan, bangsa ini mampu lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Sangat
miris jika generasi muda tidak tahu sejarah, tidak kenal siapa pahlawan lokal
di daerahnya, apalagi pahlawan nasional. Di negeri ini banyak sekali pahlawan,
patriot, tapi seiring dengan kemajuan zaman mereka banyak terlupakan atau
bahkan dilupakan. Bahkan tidak hanya itu, rasa nasionalisme, rasa bangga akan
bangsa, rasa memiliki terhadap bangsa, rasa cinta terhadap tanah air kini
semakin memudar. Perjuangan dengan pengorbanan harta, darah, nyawa akan sia-sia
belaka jika nantinya masyarakat sudah tidak lagi memiliki kesadaran akan
berbangsa dan bertanah air.
Memang tak
banyak generasi muda atau bahkan masyarakat Jember yang masih belum tahu
perjuangan Sang Letkol, hal itu dikarenakan tidak banyak data atau info yang
ada. Namun sejak salah seorang cucu beliau menulis buku Sang Patriot yang
menggambarkan kehidupan dan perjuangan beliau dan beberapa orang yang peduli
akan sejarah kota Jember ini, saya optimis bahwa Sang Letkol akan kembali lahir
kembali dalam jiwa-jiwa masyarakat khususnya generasi muda. Dengan berbagai
program telah dilaksanakan untuk menghadirkan kembali sosok Sang Letkol yang
menyejarah ini. Terutama dengan dijadikannya Sang Letkol menjadi pahlawan
nasional, ini akan membuka jalan keinginan masyarakat seperti apa sosok Letkol
Moch. Sroedji.
Langganan:
Postingan (Atom)