Jumat, 13 Maret 2015

Menghidupkan Sang Letkol ( Moch. Sroedji )

 Hidup di Indonesia tentu takkan asing mendengar kata pahlawan ataupun pejuang. Setiap daerah tentu mempunyai pahlawan masing-masing, tak terkecuali di Jember. Sebuah kota yang tidak seramai Surabaya, tidak sepadat Jakarta, kota yang di dalamnya menyimpan banyak misteri sejarah yang patut diungkap. Termasuk sejarah kepahlawanan yang melegenda di kawasan eks karisedenan Besuki, seorang patriot, seorang teladan bagi masyarakat, teladan bagi para generasi muda. Pahlawan itu memang tak banyak terekspos namun berbagai cerita dari para pelaku sejarah, sanak keluarga dari pelaku sejarah, maupun dari artikel yang ada (baik di media cetak maupun maya) mengatakan bahwa ada seorang pemimpin yang dengan gigih dalam berjuang melawan koloni Belanda, dia rela mengorbankan segalanya demi masa depan bangsa Indonesia. Dan orang-orang memanggilnya Letkol Moch. Sroedji, sosok pahlawan dari Jember.
                Bagi masyarakat Jember sudah sepatutnya tahu bahwa Letkol Moch. Sroedji adalah seorang pahlawan yang patut diteladani. Beliau merupakan sosok yang luar biasa, luar biasa peduli, luar biasa semangatnya, luar biasa kegigihannya. Sebuah usulan agar Letkol Moch. Sroedji menjadi pahlawan nasional adalah sebuah hal yang patut diperjuangkan. Ini dikarenakan perjuangan beliau benar-benar luar biasa, khususnya pada saat berjuang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948-1949. Jika anda belum mengenal atau belum tahu bagaimana perjuangan beliau, saya merekomendasikan sebuah buku berjudul Sang Patriot yang ditulis oleh salah seorang cucu beliau. Dalam buku tersebut kita bisa merasakan sebuah perjalanan hidup yang singkat dari seorang Moch. Sroedji. 66 tahun yang lalu beliau gugur dalam usia yang tergolong muda (34 tahun) sebagai syuhada (insyaAllah), sebagai komandan brigade pada pertempuran maut di desa Karangkedawung, Jember. Dimana beliau juga sampai rela meninggalkan istri dan keluarganya demi masa depan rakyat Indonesia.
Saya sebagai putra daerah sejatinya tidak pernah mendengar kisah dan, tidak pernah tahu seperti apa sosok serta kisah Moch. Sroedji sampai saya bergabung di Pramuka Unej. Di sana saya bisa tahu dan sedikit merasakan apa yang telah beliau lakukan dalam perjuangannya. Dalam napak tilas Letkol Moch. Sroedji (nalasud) yang dilaksanakan Pramuka Unej, saya merasakan sebagian kecil dari perjalanan wingate action yang dilaksanakan beliau bersama 5000 rombongannya. Menyusuri jalanan setapak melintasi sungai, persawahan, hutan, jalan desa sejauh kurang lebih 150 km. Memang kami yang hanya menapaki jarak 150 km dengan kondisi sekarang jelaslah berbeda 180 derajat. Jika kami lebih banyak berjalan di bawah sinar matahari, maka dulu Sang Letkol beserta rombongannya lebih banyak berjalan di bawah sang rembulan agar tidak ketahuan musuh. Jika kami mudah untuk mendapatkan logistik maka dulu logistik Sang Letkol beserta rombongan sangat terbatas, hanya ketika melintasi perkampungan penduduk mereka bisa berharap banyak, selebihnya mereka bertahan di alam. Jika kami berjalan tanpa ada rasa kekhawatiran yang besar maka Sang Letkol berjalan dengan penuh kekhawatiran, bagaimana jika mereka dihadang atau bertemu musuh, bagaimana jika mereka tiba-tiba disergap musuh, bagaimana jika keberadaan mereka diketahui musuh. Sungguh perjalanan yang berat, dengan kondisi keadaan perang, beliau mampu pemimpin dan meramu strategi agar rombongannya bisa bertahan dan sukses dalam misi wingate action. Sebagai seorang komandan, beliau turut ikut turun dan berada di garis terdepan demi rakyatnya dan masa depan bangsa ini.
Dari cerita yang pernah saya dengar dan dari buku Sang Patriot tergambar bahwa Letkol Moch Sroedji benar-benar sosok yang bersahaja. Saya tidak tahu apakah hal ini adalah satu-satunya di Indonesia atau sebuah hal yang jarang terjadi, bahwa makam beliau tidak berada di Taman Makam Pahlawan melainkan berada di Tempat Pemakaman Umum, ini adalah wasiat beliau yang ingin dimakamkan berdampingan dengan rakyat Indonesia yang juga ikut berjuang dengan membela para tentara gerilya tanpa pamrih. Sebagai seorang komandan, beliau sangat pantas untuk diteladani karena dalam keseharian beliau mencerminkan seorang manusia yang sederhana, mudah bercengkerama dengan orang-orang disekitarnya, tutur katanya mampu memotivasi banyak orang, dan sebagai kepala keluarga beliau juga luar biasa, ketika dalam perjuangan beliau tak pernah lupa dengan keluarganya meski terpisah jarak yang jauh. Dan saya rasa pengajuan beliau sebagai pahlawan nasional sangat beralasan. Bagaimana tidak, saat beliau melakukan perjalanan wingate, Belanda menetapkan Moch. Sroedji sebagai buron dengan imbalan 1000 gulden. Itu membuktikan bahwa posisi dan keberadaan beliau menjadi ancaman yang nyata bagi Belanda serta beliau merupakan sosok yang berpengaruh dalam mempertahankan kemerdekaan ini dalam medan pertempuran khususnya di daerah Jawa Timur. Bagaimana tidak, setelah beliau gugur, jasad beliau diperlakukan dengan keji dan tidak manusiawi oleh tentara Belanda, jasad dibuat nyaris hancur, beberapa bagian tubuhnya ada yang dipotong, serta diseret truk sejauh 40 km hanya untuk mematahkan semangat dari sisa pejuang yang ada.
Sebagai masyarakat Jember saya merasa bangga memiliki sosok pahlawan yang begitu patriot dalam perjalanan sejarah perjuangan beliau. Namun tidak hanya itu saja, saya berharap generasi muda sekarang bisa tahu bagaimana sejarah ini terukir. Karena melihat kondisi realita sekarang, banyak pemuda yang lupa akan sejarah, tidak peduli, terkesan acuh padahal sejarah adalah salah satu hal yang pokok yang tidak bisa dihilangkan dari syarat kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Sejarah memiliki banyak pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya sehingga dalam menyongsong masa depan, bangsa ini mampu lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Sangat miris jika generasi muda tidak tahu sejarah, tidak kenal siapa pahlawan lokal di daerahnya, apalagi pahlawan nasional. Di negeri ini banyak sekali pahlawan, patriot, tapi seiring dengan kemajuan zaman mereka banyak terlupakan atau bahkan dilupakan. Bahkan tidak hanya itu, rasa nasionalisme, rasa bangga akan bangsa, rasa memiliki terhadap bangsa, rasa cinta terhadap tanah air kini semakin memudar. Perjuangan dengan pengorbanan harta, darah, nyawa akan sia-sia belaka jika nantinya masyarakat sudah tidak lagi memiliki kesadaran akan berbangsa dan bertanah air.

Memang tak banyak generasi muda atau bahkan masyarakat Jember yang masih belum tahu perjuangan Sang Letkol, hal itu dikarenakan tidak banyak data atau info yang ada. Namun sejak salah seorang cucu beliau menulis buku Sang Patriot yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan beliau dan beberapa orang yang peduli akan sejarah kota Jember ini, saya optimis bahwa Sang Letkol akan kembali lahir kembali dalam jiwa-jiwa masyarakat khususnya generasi muda. Dengan berbagai program telah dilaksanakan untuk menghadirkan kembali sosok Sang Letkol yang menyejarah ini. Terutama dengan dijadikannya Sang Letkol menjadi pahlawan nasional, ini akan membuka jalan keinginan masyarakat seperti apa sosok Letkol Moch. Sroedji. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Profil