Rabu, 27 Februari 2013

Jangan Berhenti Karena Susah

Ada seseorang yang susahbangkit dari keterpurukan setelah di PHK. Dia mau mencari kerja, umur sudah tidak muda lagi. Dia mau menjalankan bisnis, tetapi sudah berkali-kali mencoba tidak ada satu pun yang berjalan terus. Dia selalu berhenti di tengah jalan.
Apa yang menjadikan dia selalu berhenti? Sederhana, karena dia begitu akrab dengan kata susah atau sulit. Dia berkata bahwa dia sudah berusaha, tapi ternyata sulit. “Ternyata susah juga untuk membangun bisnis.” Dan berbagai komentar lainnya yang bernada sulit.
Dia meminta nasihat kepada saya. Saya berikan beberapa nasihat. Apa jawabannya? Tidak lepas dari dua kata itu:
“Susah.”
“Sulit.”
Saya mencoba untuk memberikan inspirasi yang bercerita tentang seseorang yang berhasil membangun bisnis dengan berawal 1 buah gerobak bakso menjadi ratusan gerobak bakso. Saya jelaskan kalau orang ini merangkak dari nol dan sampai akhirnya berhasil.
Apa reaksi dia? Dia berkata:
“Saya sering mendengar cerita keberhasilan. Tapi sayang tidak diceritakan susahnya membangun bisnis.”
Dia terus berkata susah, sulit, susah, sulit, tidak mudah, dan sebagainya. Banyak orang yang seperti ini!
Jika Anda termasuk orang yang seperti ini, saya mau bertanya.
“Memang susah. Memang tidak mudah. Memang sulit. Lalu?”
Sahabat, coba pikirkan. Jika bisnis itu mudah. Tentu akan banyak sekali orang yang berbisnis dan kaya raya. Pada kenyataanya memang sedikit sekali orang yang mau berbisnis dan bertahan di bisnis. Karena memang, bisnis itu susah, bisnis itu sulit, dan perlu kerja keras untuk menjalankannya. Bisnis memang hanya untuk orang yang berani, tekun, sabar, dan mau kerja keras sampai berhasil.
Sekarang, pilihan Anda. Apakah mau melewati masa susah membangun bisnis atau tidak?
Jika Anda punya kemauan, maka ambillah tindakan. Jika susah, Anda bisa belajar. Jika tidak tahu, Anda bisa mencari tahu. Jika lama, Anda bisa bersabar. Jika tidak punya modal, Anda bisa mencari modal. Jika tidak bisa mencari modal, Anda bisa belajar mencari modal. Allah sudah memberikan potensi kepada Anda. Anda punya hati, Anda punya akal, dan Anda punya energi. Gunakanlah.
Memang akan banyak menghadapi masalah. Tapi Allah sudah memberikan akal kepada kita untuk mengatasi masalah. Memang perlu kerja keras, tapi Allah sudah memberikan tangan dan kaki kepada kita untuk bekerja keras. Allah sudah memberikan sistem pencernaan yang bisa mengubah makanan menjadi energi. Apa lagi yang kurang?
Sahabat, jangan berhenti karena susah. Kita sudah diberik potensi yang dahsyat oleh Allah untuk mengatasi kesulitan yang kita hadapi. Kesulitan memang untuk kita hadapi, untuk kita lewati, sebab kemudahan akan datang setelah kesulitan.
Kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan.” (HR Ahmad)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Alam Nasyrah:5-6)
Sahabat, semua orang sukses pernah mengalami masa-masa susah. Mereka menghadapi kesulitan seperti kita. Hanya saja, mereka tidak berhenti. Oleh karena itu, kita pun sama, jangan berhenti karena susah.



»»  Selengkapnya...

Selasa, 26 Februari 2013

Jendela Rumah Sakit

Dua orang yang mempunyai penyakit serius menempati kamar yang sama di rumah sakit.
Pasien yang satu, setiap siang hari dibolehkan duduk selama satu jam supaya cairan yang ada di paru-parunya cepat hilang dan tempat tidurnya terletak di sebelah jendela satu-satunya di kamar itu. Sedang Pasien yang satunya lagi hanya dapat berbaring di atas punggungnya setiap hari.
Kedua orang ini berbicara tentang istri, keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan keterlibatan mereka dalam tugas-tugas militer.
Setiap siang, ketika pasien yang dekat jendela duduk, ia menghabiskan waktunya bercerita kepada teman sekamarnya tentang semua yang ia lihat dari balik jendela.
Teman sekamarnya selama satu jam hidup dalam dunia yang lebih luas. Kegiatan dan warna dunia luar membuatnya lebih bergairah hidup.
Jendela itu menghadap ke taman yang di dalamnya ada telaga yang indah.
Angsa dan itik bermainan di atas air sementara anak-anak melayarkan kapal-kapal mainannya. Sepasang kekasih jalan bergandeng tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni seperti pelangi.
Pohon tua yang besar menambah indahnya pemandangan.
Garis bayangan kota terlihat di kejauhan. Setiap kali pasien yang di dekat jendela menjelaskan semuanya secara indah dan rinci, teman sekamarnya memejamkan mata membayangkan pemandangan itu.
Suatu siang yang hangat, pasien yang di dekat jendela menceritakan parade yang lewat.
Meskipun teman sekamarnya sama sekali tidak mendengar suara drum band, tapi ia dapat melihat parade itu dalam pikirannya karena temannya menggambarkannya dengan jelas.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.
Suatu pagi, perawat yang datang membawakan air untuk mandi mereka mendapati tubuh pasien dekat jendela sudah tidak bernyawa.
Ia meninggal dengan penuh kedamaian dalam tidurnya.
Perawat yang selama ini telah merawatnya merasa sedih.
Ia memanggil karyawan rumah sakit untuk memindahkan mayat itu.
Setelah menganggap layak waktunya, pasien yang lain bertanya apakah ia boleh pindah ke dekat jendela.
Perawat tidak keberatan dengan pergantian tempat ini.
Setelah merasa bahwa sang pasien telah berbaring dengan nyaman di sebelah jendela, sang perawat pergi meninggalkannya sendiri.
Perlahan-lahan dengan menahan sakit, pasien itu menggunakan sikunya agar tubuhnya naik dan dapat melongok ke jendela.
Akhirnya ia bakal melihat pemandangan indah itu dengan mata kepalanya sendiri.
Ia tegangkan badannya lalu perlahan-lahan berputar untuk melihat ke jendela.
Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa di balik jendela itu hanya tembok belaka.
Si pasien lalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada perawat.

“Apa gerangan yang membuat teman sekamarku berbuat demikian?” Tanya si pasien kepada perawat.
“Lelaki itu sesungguhnya buta, tembok yang ada di seberang jendela itu pun tak dapat dilihatnya.” Jelas si perawat.
“Mungkin ia ingin membesarkan hatimu…….!!!”


Sumber: Hikmah dari Seberang oleh Drs. Abu Abdillah Al-Husainy
»»  Selengkapnya...

Jumat, 22 Februari 2013

Cinta yang Salah

Suatu ketika, Baginda Rasulullah Saw pernah berpesan yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al-Khudri, ”Kamu akan mengikuti sunnah (tradisi) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang biawak pun, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya :’Wahai Rasulullah, apakah yang Tuan maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani’ ? Rasul Menjawab; ’Kalau bukan mereka siapa lagi?”

Keprihatinan yang mendalam bagi kita orang tua yang memiliki anak remaja khususnya dan umat Islam seluruh dunia, terhadap fenomena yang sudah merasuk dan menggerogorti remaja Muslim, bukan hanya di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia.

Tentu saja tidak cukup dengan keprihatinan, tapi harus dengan aksi nyata yakni meningkatkan peranan orang tua dan masyarakat dalam mendidikan generasi muda.

Setiap tanggal 14 Februari dirayakan sebagai Valentine’s Day (Hari Kasih Sayang). Kasih sayang yang bermakna kebobrokan moral atau kemaksiatan yang berbaju kasih sayang.  Fenomena ini merambah luas  baik di perkotaan maupun di pedesaan.    
 
Kata Valentine berasal dari bahasa Latin yang berarti 'Yang Maha Perkasa', 'Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa'. Kata ini ditujukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi.

Jadi, ketika kita meminta orang menjadi to be my Valentine, berarti itu sama dengan kita meminta orang menjadi 'Sang Maha Kuasa' terhadap diri kita.

Di sinilah mulai muncul problem akidah, yakni kemusyrikan. Karena menjadikan sesuatu sebagai ilah (sesembahan dan penguasa hidup) yang bertentangan dengan Tauhid (mengesakan Allah SWT).

Perayaan Valentine’s day sendiri berasal dari perayaan ritual Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Pada hari itu, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak.

Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan nama gadis yang keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang.

Ketika Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini menjadi nuansa Katolik dan mengganti nama gadis-gadis tersebut dengan nama Paus atau Pastor. 

Pada abad ke-3 Masehi, Santo Valentine (seorang pemimpin Katolik) bersama temannya Santo Marius secara diam-diam menentang pemerintahan Kaisar Claudius II.
Kaisar memerintahkan menangkap dan memenjarakan Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan Romawi. 

Lalu ia dihukum gantung pada 14 Februari 269 M. Dari kejadian itulah, Paus Gelasius meresmikan 14 Februari 496 sebagai Valentine’s Day untuk mengenang Santo Valentine.

Oleh karena itu, setiap perayaan, seperti akad nikah, resepsi, acara keluarga dan sejenisnya yang mengaitkan dengan momentum Valentine’s Day, merupakan pengakuan akan ritual agama Romawi dan kristiani tersebut.   

Apalagi dijadikan sebagai justifikasi untuk melakukan kemaksiatan kolektif yang merusak akidah dan akhlak remaja kita (pesta seks dan hura-hura).

Bukan berarti Islam tidak mengajarkan Kasih Sayang. Justru, kasih sayang sendiri berasal dari nama Allah SWT. yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang mesti menghiasi (akhlak karimah) setiap pribadi Muslim. 

Cinta dan kasih sayang adalah fitrah dan karunia Ilahi yang semestinya dimuliakan dan tidak patut diekspresikan dalam bentuk kemaksiatan  untuk dan atas nama cinta.   

Perayaan Valentine’s Day merupakan kejahiliyahan modern yang lebih berbahaya dibanding dengan jahiliyah Bangsa Arab dahulu yang konvensional dan lokal.

Meniru dan ikut-ikutan terhadap suatu budaya berarti sama saja dengan mereka. Nabi SAW. mengingatkan hal ini jauh hari, ”Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka”. (HR. Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar). 

Jangan kita biarkan mereka tersesat, karena kita akan bertanggung jawab kelak di hadapan Pengadilan Rabbul Jalil, Allah SWT.

Untuk itu, setiap orang tua harus mengawasi dengan ketat anak-anak remajanya pada waktu perayaan itu tiba dan bertanggung jawab menjaga keluarga dari api neraka.(QS.66:6). Allahu a’lam bish-shawab.***



(REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Hasan Basri Tanjung, MA.)
»»  Selengkapnya...

Senin, 18 Februari 2013

Generasi Shaleh



Anak saleh dan berakhlak karimah menjadi dambaan setiap orang tua. Allah swt mengajarkan agar orang tua berupaya sungguh-sungguh dan berdoa agar termasuk orang yang saleh, bersyukur dan mendapatkan generasi yang saleh (46:15).

Begitulah yang dicontohkan Nabi Ibrahim as (37:100, 14:40) dan Nabi Sulaiman as (27:15). Anak saleh lahir dari orang tua yang saleh, yakni yang berbakti kepada Allah dan rasul, orang tuanya dan juga kepada anak-anaknya.
            
Dr Muhammad Nasih Ulwan dalam buku Tarbiyatul awlad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam) menjelaskan lima metode pendidikan yang berpengaruh untuk menyiapkan generasi saleh.

Pertama, pendidikan dengan Keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spritual dan emosional anak.

Pertanyaannya, apakah orang tua dan guru masih bisa menjadi teladan? Mereka belum bangga menjadikan kita sebagai idola. Untuk itu, kita harus menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan.

Rasulullah saw diutus Allah SWT sebagai teladan terbaik bagi manusia dalam seluruh aspek kehidupan (33:21), baik sebagai orang tua, suami, tetangga, da’i, pemimpin, pengusaha dan lain-lain.

Kedua, pendidikan dengan Kebiasaan. Pembiasaan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan pribadi anak, karena terjadi proses pengulangan yang terus menerus. Sehingga, sadar atau tidak, secara perlahan akan membekas dan menjadi kebiasaan.

Di sinilah peran penting pendidik (orang tua dan guru) untuk memilih perkataan, sikap dan perbuatan yang baik. Misalnya, menyuruh mereka shalat pada usia tujuh tahun dan memukulnya pada usia 10 tahun jika tidak menjalankannya (HR. Abu Dawud).  

Pembiasaan yang paling berpengaruh berasal dari kedua orang tua, guru dan teman-teman (lingkungan). Dalam masa tertentu, pengaruh teman atau lingkungan menjadi dominan, maka hendaklah melihat siapa yang menjadi temannya (HR. At-Turmudzi).

Ketiga, pendidikan dengan nasehat. Setelah keteladanan dan pembiasaan, anak-anak perlu petuah atau nasehat yang baik. Petuah yang menyentuh hati sanubari di waktu yang khusus pula.

Petuah yang tulus lahir dari kebersihan hati orang tua dan guru mampu memberi sentuhan dan kesejukan dalam diri anak. Al-Qur’an mengajarkan kita cara memberi nasehat yang baik dengan ungkapan lembut.

Hal ini tergambar pada seorang pendidik sejati yakni Lukman al-Kakim (31:13-19). Ungkapan yang santun, yaa bunayya laa tusrik billah (Hai anakku jangan menyekutukan Allah). Begitu pula ungkapan Nabi Nuh As. (Hud:42), Nabi Ya’kub as. (Yusuf:5), Nabi Ibrahim as. (2:132). 

Keempat ; Pendidikan dengan perhatian (pengawasan). Keteladanan, pembiasaan dan nasehat yang diberikan orang tua belum cukup jika tidak dibarengi dengan perhatian atau pengawasan ketat.

Orang tua harus terlibat dan memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengiringi perkembangan anak. Mereka tumbuh dalam zaman yang berbeda dengan kita dahulu. Pengaruh dan godaan semakin kompleks dan bervariasi. 

Seringkali terjadi, karena kurang perhatian dan pengawasan orang tua, menyebabkan anak kehilangan pegangan. Pemerkosaan, pembunuhan, hubungan seks bebas, terlibat narkoba, kriminal dan seterusnya, sebagian besar terjadi karena kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua.

Kelima ; pendidikan dengan Hukuman. Upaya maksimal orang tua dan guru melalui metode pendidikan di atas, adakalanya tidak berhasil atau kurang mendapat perhatian anak.

Pendidikan Islam memberikan ruang untuk melakukan hukuman atau sanksi (‘iqob) yang mendidik (ta’zir). Hukuman bukan untuk menyakiti tapi pencegahan (preventif) dan menimbulkan efek jera (kuratif).  Dalam pendidikan anak, hukuman harus dilakukan secara bertahap, lemah lembut dan menghindari kekerasan (HR. Bukhari).
   
Patut kita renungkan, anak yang melihat orang tuanya berbuat dusta, ia tidak mungkin akan belajar jujur. Anak yang melihat orang tuanya berkhianat, ia tidak mungkin belajar amanah. Anak yang melihat orang tuanya mengikuti hawa nafsu, ia tidak mungkin akan belajar keutamaan.

Anak yang mendengar orang tuanya mencela, tidak mungkin ia akan belajar bertutur manis. Anak yang melihat orang tuanya marah dan emosi, tidak mungkin ia belajar sabar. Anak yang melihat orang tuanya bersikap keras, tidak mungkin ia belajar kasih sayang. Allahu a’lam bish-shawab.



Sumber:http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/17/midbkw-generasi-saleh 
»»  Selengkapnya...

Vladimir Petkovic (allenatore Lazio 2012/2013)

Lazio secara resmi menunjuk Vladimir Petkovic sebagai pelatih baru musim 2012/2013. Pelatih asal Bosnia itu menggantikan posisi Edy Reja yang meninggalkan I Biancocelesti akhir musim lalu.

Petkovic menghabiskan banyak waktu sebagai pelatih di Swiss. Setelah melalui AC Lugano, AC Bellinzona, Young Boys di Swiss, Petkovic sempat berkarir di Turki bersama Samsunspor. Dan satu bulan lalu, pelatih 48 tahun tersebut kembali ke Swiss dengan menangani FC Sion sebagai pelatih interim.

Petkovic membantu Sion selamat dari degradasi lewat pertandingan playoff dengan catatan Sion mendapatkan pengurangan poin dari awal liga. Meski berjasa menyelamatkan Sion, Petkovic memutuskan untuk mencoba peruntungan di Serie A Italia bersama Lazio. Pelatih yang mengantarkan AC Bellinzona ke final Piala Swiss 2008 itu diyakini akan melakukan perubahan signifikan di staf kepelatihan Lazio.

Lazio musim lalu finis di posisi keempat di Serie A dengan torehan 62 poin dari 38 laga. Klub ibukota tersebut akan mulai bermain di babak playoff Liga Europa. Berikut sekilas sepak terjang Mr Petkovic,..

Tak banyak yang tahu siapa Vladimir Petkovic sampai Lazio tampil impresif di musim ini. Curriculum vitae-nya sebagai pelatih mungkin belum mentereng. Tapi karakternya sebagai individu mengundang decak kagum. Bahkan sepanjang kariernya sebagai pemain Petkovic tak pernah terpilih ke dalam timnas negaranya, Yugoslavia. Di usia 25 tahun ia meninggalkan Balkan dan melanjutkan kariernya di Swiss, baik sebagai pemain maupun kelak sebagai pelatih, sampai kemudian ia memutuskan menjadi warga negara tersebut.

Sebuah cerita menarik tentang pria kelahiran Bosnia-Herzegovina itu adalah, ketika menjadi pelatih Lugano dan Bellinzona, antara 2003 sampai 2008, ia mengisi hari-harinya sebagai seorang relawan di sebuah organisasi sosial katolik, Caritas.

Saban hari aktivitasnya dimulai dari jam 7 pagi. Dari rumahnya di Locarno, ia berkeliling ke kantor-kantor lokal Caritas untuk melakoni tugasnya sebagai relawan. Tanggung jawab utamanya adalah memberdayakan belasan pemuda pengangguran untuk mengumpulkan barang-barang yang bisa didonasikan ke pusat-pusat amal, juga mengusahakan agar mereka mendapatkan pekerjaan. Petkovic baru bekerja untuk klub bolanya pada pukul 5 sore, dengan memimpin sesi latihan.

Menurut cerita seorang mantan atasannya di Caritas, Petkovic juga rajin mengisi waktu luangnya dengan belajar guna meningkatkan lisensi kepelatihannya. Kepada pemain-pemain baru Bellinzona, ia kerap menyarankan mereka supaya mengisi rumah-rumah mereka dengan perabotan dari Caritas, hitung-hitung sekalian beramal.

Maka Petkovic tahu betul apa itu kerja keras, karena ia melakukannya delapan jam sehari sebagai relawan, sebelum berlanjut ke lapangan menjelang senja. Ia menanamkan itu pada pemain-pemainnya di Lazio, bahwa tidak banyak alasan untuk mengeluh lelah, karena buat dia, bertanding dua kali dalam seminggu tidak seberapa banyak.

Dalam pekerjaannya sebagai pelatih, Petkovic membawa Bellinzona finis nomor dua di kompetisi Divisi II Liga Swiss di tahun 2007. Mereka gagal promosi hanya karena kalah di playoff dua leg dari Aarau. Tapi di musim berikutnya Bellinzona berhasil naik kasta dan juga mencapai final Piala Swiss.

Figur Petkovic mulai lebih dipandang. Klub besar Swiss, Young Boys, merekrutnya pada Agustus 2008, yang membuatnya terpaksa memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai relawan. Dua musim berturut-turut Young Boys diantarnya menjadi runner-up liga.

Tiga tahun yang sukses di Swiss tidak otomatis menaikkan peruntungan Petkovic saat menukangi klub Turki, Samsunspor. Ia hanya bertahan setengah musim dan mengundurkan diri pada Januari 2012, setelah tim arahannya berkutat dalam ancaman degradasi.

Ia berada di bench lagi di bulan Mei setelah diminta klub Swiss yang lain, Sion, untuk menyelamatkan mereka dari jurang degradasi. Ia berhasil dalam misi tersebut, dengan memenangi dua pertandingan playoff.

Pihak Lazio kemudian mengundangnya untuk bertemu di akhir musim lalu. Kabarnya, bos klub, Claudio Lotito, langsung terpesona dengan karakter Petkovic. Aktivitasnya sebagai relawan gereja diyakini ikut meyakinkan Lotito untuk merekrut pria kelahiran 15 Agustus 1963 itu.

"Tidaklah biasa ada orang yang bekerja di dunia sepakbola tapi juga bekerja selama bertahun-tahun untuk Caritas. Saya percaya, para pesepakbola jangan dipandang hanya sebagai pemain, tapi juga sebagai orang-orang yang harus dipelihara secara spiritual. Saya memilih Petkovic dengan alasan ini. Tidaklah baik cuma menilai manajer dari hasil pertandingan saja, karena itu bukan semata-mata tergantung dia, tapi juga dari hal-hal lain," demikian Lotito.

Sesungguhnya ada alasan lain kenapa Lotito memilih Petkovic. Orang ini tidak keberatan digaji lebih rendah dari yang terakhir ia dapatkan di Turki. Lazio cukup membayarnya 600 ribu euro atau sekitar Rp 7,7 miliar per tahun.

Tapi tetap saja, tifosi Lazio pada awalnya bersikap skeptis pada Petkovic. Mereka perlu bukti, apa yang bisa dihasilkan oleh pelatih tidak terkenal itu.

Bukti itu diperlihatkan Petkovic dengan membawa Lazio memenangi tiga laga pertamanya di awal musim: atas Atalanta, Palermo, dan Chievo. Dan itu adalah start terbaik Lazio sejak musim 1974/1975.

Sikap skeptis Laziale perlahan-lahan berubah setelah Stefano Mauri dkk. bermain baik -- dan saat ini duduk di peringkat tiga klasemen Serie A sementara. Bahkan mengandaskan peluang Juventus untuk merebut titel di Coppa Italia.

"Ada hubungan yang baik di antara kami, saya dengan para pemain. Saya bisa membuat keputusan yang tepat ataupun keliru. Tapi yang penting adalah kita bisa tetap rendah hati dan kompak," tutur Petkovic suatu ketika, tentang filosofinya dalam menukangi sebuah tim.

"Sebuah rumah harus dibangun dengan banyak fondasi. Kami punya itu dalam pertahanan, dan penyerang-penyerang kami adalah pertahanan pertama. Setiap orang harus mengorbankan dirinya untuk tim. Kalau sudah begitu, maka kita sudah menemukan sebuah keseimbangan."

Dari segi taktik, Petkovic juga memiliki keterbukaan. Sebelumnya ia cenderung menyukai pola penyerangan dengan skema 3-4-3. Tapi, setelah mempelajari kekuatan-kelemahan yang dimiliki Lazio, ia keluar dari kebiasaannya dan memilih pola 4-5-1, dengan Miroslav Klose sebagai penyerang tunggal.
Filosofi lain Petkovic adalah seperti yang ia katakan di awal perekrutannya sebagai arsitek Lazio. Dia bilang, "Seorang pemenang adalah mereka yang tidak tahan dengan kekalahan. Dan saya adalah seorang pemenang."

Petkovic bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajari video pertandingan terakhir tim yang akan ia hadapi, untuk mencermati setiap pergerakan pemain-pemainnya, dan mencari kelemahan-kelemahannya. Sewaktu di Young Boys, jika timnya kalah ia bisa mengunci diri sepanjang malam untuk melakukan analisis secara menyeluruh.

Salah satu pemain yang mengakui kejelian Petkovic adalah Hernanes. Di era pelatih sebelumnya, Edy Redja, pemain Brasil ini lumayan sukses bermain sebagai trequartista. Namun, Petkovic menggesernya lebih ke belakang, menjadi seorang deep-playing playmaker, kembali ke sentral lini tengah, seperti posisi awalnya di Sao Paulo. Dan Hernanes mengakui dirinya bisa berkontribusi lebih besar dengan peran tersebut.

Apabila Lazio mampu menjaga performa bagusnya sampai akhir musim, adalah logis apabila pamor Petkovic pun akan terus menjulang. Jika kemampuan berbahasa adalah sebuah faktor penting, laki-laki ini bahkan menguasai delapan bahasa: Bosnia, Serbia-Kroasia, Italia, Prancis, Inggris, Spanyol, Jerman, dan Rusia.



>>Dari berbagai sumber
»»  Selengkapnya...

Free Palestine From Laziale

Dukungan terhadap Palestine datang dari suporter sepak bola, ini bukan kali pertama dunia olah raga khusunya sepak bola memberikan simpatiknya terhadap perjuangan Banga Palestina.

Dalam salah satu pertandingan sepak bola, penggemar sepak bola di Italia mendengungkan teriakan “Free Palestine” (kebebasan untuk Palestiana)dan membentangkan tulisan "FREE PALESTINE", Jum’at, 23  November 2012, dalam pertemuan dua klub, Lazio dan Tottenham, tifosi Lazio mengangkat bendera Palestina dengan ukuran besar dan meneriakkan slogan – slogan yang menuntut “kebebasan untuk Palestina” bersama dengan slogan yang menurut wartawan lokal bahwa sebagai seruan anti-semit.

Pertandingan berlangsung di stadion Olynmpico di ibukota Italia, Roma. Dan pertemuan tersebut, dalam kejuaraan Eropa,  diakhiri dengan skor imbang tanpa gol. Dari beberapa tingkat balkon stadion teriakan “anti-yahudi” semakin meninggi, sebagaimana yang dilansir oleh kantor berita Italia, Ansa. Sebagaimana yang diketahuio bahwa klub Tottenham sebagian populasinya adalah yahudi di utara London, menurut CNN.

Kita yang umat muslim pun jangan sampai kalah oleh mereka,..
Mari kita bantu saudara saudara kita yang ada di Palestine, dan muslim lainnya di negara-negara lain yang sedang mengalami penindasan dan perlakuan tidak adil.

Allahu Akbar ...
Allahu Akbar ...
Allahu Akbar !!!
»»  Selengkapnya...

S.S Lazio Scudetto 1999/2000


Tak ada salahnya jika kita bernostalgia sedikit tentang salah satu kompetisi terbaik di dunia ini. Tepatnya pada musim 1999/2000. Kala itu, tim sekota AS Roma, SS Lazio, berhasil menjadi juara liga dengan cara yang tak masuk akal. Bagaimana tidak? Hingga pekan 33, sepekan sebelum pekan terakhir, Lazio masih tertinggal dua angka dari Juventus. Namun, di pekan 34 (saat itu Serie-A hanya terdiri dari 18 klub),  secara ajaib Lazio menyalip Juventus.
Musim 1999/2000 boleh dikatakan merupakan arena balas dendam Lazio. Musim sebelumnya, mereka gagal menjadi juara karena diserobot oleh AC Milan dalam beberapa pertandingan terakhir. Tak ingin mengulangi kegagalan, Sergio Cragnotti, presiden Lazio saat itu, membeli banyak pemain. Termasuk, Juan Sebastian Veron dari AC Parma dan Simone Inzaghi dari Piacenza.
Setelah awal musim yang cukup gemilang, pada pertengahan liga, Lazio mulai tercecer. Mereka sempat tertinggal 9 angka dari Juventus. Namun, dengan gemilang, Biancocelesti bisa memangkas jarak demi jarak.
Petaka bagi Biancocelesti datang pada pekan 33. Dalam pertandingan Juventus menghadapi Parma, gol Fabio Cannavaro (saat itu menjadi kapten Parma) dianulir sehingga pertandingan berakhir 1-0 untuk kemenangan Juventus. Padahal, seandainya gol murni itu disahkan, Lazio dan Juventus akan memiliki poin yang sama.
Protes pun mengemuka. Laziale, suporter Lazio, mengklaim bahwa terjadi skandal pengaturan skor yang menguntungkan Juventus. Maka, pada pertandingan terakhir klub mereka yang kebetulan digelar di Olimpico, Laziale mengusung peti mati demi menunjukkan bahwa (sportivitas) sepakbola Italia sudah mati. Sebelumnya, demonstrasi besar-besaran Laziale di jalan-jalan sempat menyebabkan bentrok dengan polisi. Laziale selalu menyerukan “play-off (Lazio dan Juventus bertanding lagi) atau perang”.

Pada pertandingan terakhir, Lazio sukses membekap Reggina 3-0. Pertandingan sempat terhenti menjelang babak kedua karena di saat bersamaan, hujan turun mengguyur pertandingan Perugia melawan Juventus. Wasit menginginkan, pertandingan berjalan serentak sehingga tidak ada upaya pengaturan skor atau permainan dari pihak mana pun. Namun, nyatanya, Lazio tetap memainkan 45 menit sisa lebih dahulu daripada Juventus.
Sementara itu, Juventus yang melawat ke kandang Perugia, seperti terkena “kutukan” atas kemenangan “atas campur tangan wasit” pada pekan sebelumnya. Setelah hujan deras mengguyur lapangan, Bianconeri mesti bermain di lapangan yang becek. Ajaib, sebuah gol lahir dari kepala bek Perugia, Calori pada menit 49. Gol ini bertahan hingga penghujung pertandingan. Alhasil, Laziolah yang menjadi juara Liga Italia karena poin mereka bertambah tiga menjadi 72. Sementara itu, Juventus mentok di angka 71.
Gelar juara Liga Italia ini menjadi gelar kedua Lazio sepanjang masa sekaligus kado paling istimewa atas ulang tahun ke-100 mereka.




Forza Lazio
Vola Lazio Vola
»»  Selengkapnya...

Jumat, 15 Februari 2013

Sejarah Lazio

Klub Tertua Roma

SS Lazio memiliki sejarah panjang dan memiliki andil besar memajukan sepakbola Italia.

Profil Singkat

Nama : Societa Sportiva Lazio SpA
Julukan : Biancocelesti (Putih Biru Langit), Aquiloti (Elang Muda), Le Aquile (Si Elang)
Berdiri : 9 Januari 1900
Stadion : Stadio Olimpico, Roma (Kapasitas 72700)
Presiden : Claudio Lotito
Pelatih : Vladimir Petkovic

Sejarah

Lazio berdiri di awal tahun 1900 di Prati, salah satu distrik kota Roma. Adapun pertama berdiri, Lazio bukan hanya berbentuk sebuah klub sepakbola, melainkan juga mengayomi cabang olahraga lain.

Lazio ambil bagian dalam kompetisi di tahun 1912. Lazio juga menjadi satu-satunya klub besar ibukota Italia yang tidak bersedia bergabung dalam merger yang digagas Benito Mussolini yang akhirnya membentuk klub baru berjuluk AS Roma.

Ikon warna Lazio terkenal dengan warna putih biru langit. Warna ini terinspirasi dari lambang nasional Yunani.

Kostum lazio untuk pertama kalinya terdiri dari tiga warna, yaitu putih, biru langit dan hitam. namun seiring berjalannya waktu warna hitam dihilangkan dan bertahan hingga saat ini.

Logo Lazio berwujud elang, yang merupakan pilihan Luigi Bigiarelli, pendiri Lazio. Diketahui lambang tersebut diambil dari logos pasukan kerajaan Roma yang disebut Aquila.

Prestasi

Sama seperti Roma, prestasi Lazio juga naik turun. Namun prestasi Lazio terlihat mencolok di akhir 90-an dan awal 2000. Di periode ini, Lazio ditangani oleh Sven Goran Eriksson.

Saudara tua AS Roma itu hanya meraih dua titel scudetto, yaitu di musim 1973/74 dan 1999/00, empat tropi Coppa Italia (1958, 1997/98, 1999/00, 2003/04) dan dua titel Piala Super Italia (1998 dan 2000). Lazio juga sempat menjadi kampiun Serie B di musim 1968/1969.

Di kompetisi Internasional, Lazio berhasil memenangi Piala Winners di musim 1998/99 dan Piala Super Eropa di tahun 1999.

Fakta Menarik Lain

- Saat pertama didirikan, Lazio merupakan sebuah klub olahraga dengan menaungi 37 cabang olahraga, terbanyak seantero Eropa saat itu.

- Lazio termasuk sebuah klub yang go public dengan menempatkan sahamnya di Borsa Italiana. Akan tetapi saham terbesar Lazio dipegang oleh Claudio Lotito dengan total 61,312 persen.

Rivalitas

Lazio memiliki rivalitas dengan tim sekota yakni A.S. Roma. Lazio dan A.S. Roma menjalani partai derby yang disebut dengan derby della capitalle ("derby antara tim ibukota"). Pertandingan dengan A.S. Roma dalam Derby Della Capitalle selalu penuh gengsi dan menghadirkan sebuah partai yang seru, untuk membuktikan tim terkuat yang ada di ibukota Italia, Roma.

Selain dengan AS Roma, Lazio memiliki rivalitas dengan klub Italia lainnya, yaitu Livorno yang disebabkan oleh perbedaan pandangan politik dari pendukung dan pemimpin klub masing-masing. Selain itu, Lazio juga memiliki rival lain, yaitu dengan Napoli.

Pendukung Lazio, selain memiliki rival juga memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain, yaitu dengan Inter Milan, Triestina, dan Hellas Verona. Selain memiliki teman dan kedekatan dengan pendukung tim lain di Italia, Lazio juga memilikinya di Eropa, yaitu dengan suporter Real Madrid dan Chelsea

Suporter

Para pendukung utama Lazio banyak yang merupakan penduduk dengan tempat domisili di utara kota Roma. Irriducibili Lazio adalah sebuah wadah untuk suporter fanatik dari klub Lazio yang terbesar dan terbanyak anggotanya di Italia.


»»  Selengkapnya...

Rabu, 13 Februari 2013

Perjalanan Hidup (Bagian 2)

Menjalani hidup di dunia ini tidak semudah yang dibayangkan. Banyak hal yang membuat kehidupan kita terasa membosankan, jenuh, atau sebaliknya penuh suka cita, penuh tawa, dan gembira. Namun itulah hidup, kita diciptakan dan dilahirkan di bumi yang indah ini tidak dengan cuma-cuma tapi kita punya visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, Yang Maha Memiliki. 

Terlahir di dunia ini dalam keluarga muslim adalah sebuah nikmat yang wajib kita syukuri setiap saat karena tidak semua manusia terlahir dalam lingkungan Islam. Bisa kita bayangkan, jika kita terlahir dalam keluarga non-muslim kita mungkin saja tidak akan pernah merasakan nikmat, keindahan, kedamaian agama yang fitrah ini (Islam). Dan sebuah nikmat yang luar biasa pula jika anda pada saat membaca tulisan ini dalam keadaan sehat, bisa menghirup oksigen dengan bebas leluasa, tanpa perlu mengeluarkan biaya. Dan anggota tubuh kita masih bisa berfungsi dengan baik. Perhatikan jemari anda lalu gerakkan, pernahkan anda memikirkan hal ini? Sebuah hal yang luar biasa tanpa bersusah-susah jemari kita bisa kita kontrol semau kita, menggenggam, mengepal, dan sebagainya.

Kehidupan seorang manusia di dunia ini tak akan pernah berhenti hingga kematian yang akan menghentikannya. Dalam postingan berikutnya akan saya ceritakan sebuah perjalanan atau kisah seorang yang masih atau telah menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, bagaimana kehidupannya yang mengalami pasang surut, berbagai cobaan, keceriaan, kebahagiaan dan yang lainnya.
»»  Selengkapnya...

My Profil